Sejarah

Sejarah Desa Tembongraja

Pemandangan desa salem

Desa  Tembong Raja merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Desa Tembong Raja terletak di bagian barat  Kecamatan Salem , Desa Tembong Raja disebelah utara berbatasan dengan Pegunungan Barisan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Salem, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gunung tazewm, dan bagian barat berbatasan dengan Desa Windusakti, Desa d Desa Capar. Kecamatan Salem termasuk kedalam Kabupaten Brebes. Kecamatan Salem berada di daerah Brebes bagian selatan, di utara kecamatan Salem berbatasan dengan kecamatan Banjarharjo, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan yang dibatasi dengan pegunungan yang disebut Gunung Tilu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Cilacap tepatnya berbatasan dengan Kecamatan Majenang. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Bantarkawung.Pada masa lampau, daerah Salem termasuk dalam wilayah Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran. Ada sementara cerita lisan yang mengatakan bahwa penduduk Salem ada keterkaitan dengan Kejadian Perang Bubat jaman Majapahit.Kecamatan Salem merupakan daerah pegunungan (400-900 mdpl), dimana Salem sendiri berada di lembah yang dikelilingi hutan dan deretan pegunungan di sekitarnya, berhawa sejuk (16-22° C) dan memiliki panorama yang indah. Lanskape kecamatan Salem mirip mangkok bakso. di kiri kanan adalah daerah pegunungan- pebukitan yang cukup tinggi.
Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani padi dan berladang, pedagang, pengrajin anyaman, dll. Namun apabila sedang musim tidak menggarap tanah pertanian maka penduduk biasanya merantau ke kota besar untuk mencari nafkah. Gotong royong dalam kehidupan masyarakat masih tertanam kukuh dan merupakan suatu hal yang sangat di pentingkan. Yang masih melekat kuat adalah gotong royong dalam membuat rumah. Penduduk saling membantu baik berupa tenaga, pikiran dan materi untuk kesuksesan pembangunan rumah.
Kawasan Brebes Selatan termasuk kecamatan salem merupakan daerah perbukitan dan pegunungan, sehingga berpotensi untuk aktifitas ekonomi berupa perkebunan, pertanian dan kehutanan. Dalam konteks hidrologis, kawasan ini adalah daerah resapan air yang sangat penting bagi penyediaan air baku dan air tanah baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan pertanian, perikanan dan peternakan.
Salem dapat diakses dengan jalan darat melalui tiga jalur utama yaitu: dari Bumiayu Gunung Lio utara (sekitar 30 km). Akses menuju Salem dari jalur manapun harus melalui jalan yang terjal dan sempit dengan kualitas aspal yang asal ada (kualitas rendah). Akhir-akhir ini tampaknya cukup bagus dengan aspal kualitas hotmik untuk jalur Sindangheula (utara) dan jalur Majenang (selatan) serta jalur Bumiayu (2006). Untuk dilalui kendaraan roda empat cuma ketiga jalur tersebut. Akan tetapi harus ekstra hati-hati karena terjal, terutama dari arah Sindangheula (utara). Ada satu lagi jalur alternatif, yaitu jalur barat Kuningan melalui desa Capar – Ciwaru, tetapi harus jalan kaki.[4] (timur) sekitar 40 km, dari Majenang (selatan) sekitar 20 km, atau dari Banjarharja melalui desa Sindangheula dan mendaki
Budaya dan kesenian banyak memiliki kesamaan dengan kesenian yang berkembang di daerah Priangan Timur, seperti kiliningan, wayang golek, reog, calung, dsb. Demikian juga untuk kalangan santri terdapat kesenian terbang atau gembyung, dan seni tari rudat. Untuk budaya dan kesenian tertentu terpengaruh dari budaya & kesenian khas Cirebon seperti kesenian Tarlingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar